NTT Rawan Beras, Bukan Pangan

Kupang, Lentira
Sesuai data yang disampaikan Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura NTT, Petrus Muga bahwa kekurangan beras di NTT mencapai 129.309 ton. Jika demikian maka NTT rawan beras, bukan pangan.
Seperti yang dilaporkan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikurtura NTT bahwa hasil panen masyarakat pada tahun 2008 tidak terlalu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Intinya hasil panen menjawab kebutuhan masyarakat sehari-hari. Yang sering terjadi kekurangan di kalangan masyarakat adalah beras, bukan pangan.
Sampai dengan saat ini sebagian besar masyarakat NTT belum memahami tentang pangan. Karena masyarakat merasa bahwa yang dimaksud dengan pangan adalah semata-mata beras, pada hal pangan itu sendiri terdiri dari beberapa jenis bahan makanan. Seperti beras, jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, sorgum, ubi jalar, kacang hijau, dan bahan makanan lainnya.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura NTT Petrus Muga di ruang kerjanya, pekan lalu. “Untuk mangatasi rawan pangan, maka penyediaan pangan di masyarakat untuk tahun 2008 sangat cukup dan kita hanya kekurangan beras bukan pangan sehingga untuk mengatasi rawan beras di NTT, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mendatangkan dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan,” katanya.
Peterus Muga menjelaskan, secara umum sesuai Undang-undang Nomor. 07 tentang pangan. Maka pangan yang di maksud adalah bukan semata-mata beras, sehingga wajar jika kekurangan beras. Tetapi jangan sampai kekurangan beras di anggap rawan pangan, pada hal selain beras masih ada berbagai jenis pangan lainnya.
Jika dilihat secara keseluruhan pada musim tanam pada tahun 2007 dan 2008 dengan curah hujan yang cukup baik dan merata maka hasil panen yang didapat oleh masyarakat sangat mencukupi kebutuhan. Bahkan mengalami kelebihan pangan pada beberapa komuditi seperti jagung, ubi kayu, kacang-kacangan didukung dengan adanya perubahan karitas dari yang lokal ke karitas nasional yakni pada komposit hibrida yang mengalami peningkatan produksi dan produktifitas.
Dia menambahkan, akibat dari kekurangan beras di NTT adalah karena masyarakat belum memanfaatkan lahan-lahan irigasi yang ada. Misalnya, cara menanam dan pengolahan belum diatur dengan baik sehingga diharapkan kedepan para petani mampu meningkatkan lahan-lahan irigasi yang ada di daerah-daerah yang dilalui irigasi.
“Saya harap para petani mampu meningkatkan mutu intesifikasi dan perluasan areal taman melalui peningkatan indeks tanaman kususnya pada lahan-lahan irigasi sehingga yang biasanya di taman satu kali harusnya bisa dua laki tanam bahkan sampai tiga kali tanam,” harapnya.
Bila dilihat dari lahan produksi yang didukung dengan lahan irigasi sangat luas, termasuk Sumber Daya Alam (SDA) terutama pada lahan-lahan irigasi yang di manfaatkan dengan baik, maka seharusnya NTT tidak lagi kekurangan beras.
Dia menyebutkan, sampai dengan saat ini areal irigasi yang ada di NTT mencapai 127 ribu hektar lahan basa yang difungsikan. Sedangkan masih banyak lahan basah yang belum di fungsikan sehingga perlu melakukan perluasan irigasi dan perluasan areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman.
Petrus Muga juga mengharapkan, agar daerah-daerah yang mempunyai areal irigasi agar dimanfaatkan dengan baik agar kelak dapat meningkatkan produktifitas padi. Tentang hama tanaman yang selama ini menyerang tanaman padi dan jagung, Petrus Muga mengemukakan, karena akibat perubahan iklim dari musim hujan ke musim panas dengan curah hujan yang tidak menentu. ”Khusus hama belalang yang sering menyerang tanaman masyarakat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Holtikurtura sudah mengatasinya. Sedangkan hama yang sering menyerang padi itu terjadi karena perubahan cuaca juga sehingga untuk mengendalikannya, kita sudah memberikan obat-obatan kepada tiap kabupaten yang sering di serang hama dan kalau memang ada kekurangan baru di tambah,” ungkapnya.
Kekurangan pangan bahkan gagal panen yang terjadi di NTT di pengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti bencana alam, kekeringan, hujan berlebihan yang menyebabkan longsor, banjir, atau masalah yang sangat kompleks.
Petrus Muga menambahkan, berdasarkan laporan yang di peroleh dari tiap-tiap kabupaten/kota se-NTT maka hasil panen mencapai 298.154 ton. Yang meliputi beras, jagung, padi dan sorgum. Sehingga kekurangan beras di NTT sebanyak 129.309 ton, jagung 312.23 ton, ubi kayu 130.257 ton, ubi jalar 11.615 ton, dan sorgum 133 ton. “Jadi saya katakan bahwa masyarakat NTT rawan beras, bukan pangan,” katanya. (ius)