Dihadiri Habibie, Harmoko Luncurkan Kesaksian Lengsernya Soeharto

Harmoko tak mau kalah agar diakui sebagai tokoh di barisan depan ketika Soeharto dilengserkan dari kursi presiden kedua RI pada 21 Mei 1998. Kemarin (22/5) mantan ketua DPR/MPR -yang dituduh brutus lantaran saat terjadi krisis politik Mei 2008 berubah dari loyalis menjadi orang yang turut meminta Soeharto mundur itu- menerbitkan buku Berhentinya Soeharto: Fakta dan Kesaksian Harmoko.
Buku setebal 298 halaman itu ditulis dosen Universitas Nasional Jakarta Firdaus Syam. Isinya sarat dengan kesaksian mantan ketua umum DPP Golkar itu pada hari-hari menjelang Soeharto jatuh sepuluh tahun silam.
Mengapa buku itu diterbitkan setelah Pak Harto wafat? Karena pria asal asal Nganjuk itu sungkan terhadap Soeharto? “Ya nggaklah. Rancangannya sudah lama, tetapi saya harus mencari kelengkapan (bahan, Red) dan semua ini butuh waktu lama,” kata Harmoko saat peluncuran buku di Jakarta Media Centre (JMC), Jakarta.
Acara peluncuran buku itu terbilang istimewa. Sebab, itu dilakukan tepat 21 Mei saat Soeharto pada tanggal yang sama 1998 menyatakan mundur sebagai presiden. "Pada 21 Mei sepuluh tahun lalu, pukul 09.05 WIB, Pak Harto menyatakan berhenti," kenangnya.
Harmoko juga teringat, pada hari yang sama, tak lama setelah itu, B.J. Habibie mengucapkan sumpah pengangkatannya sebagai presiden di istana. Setelah sah diangkat sebagai presiden ketiga RI, B.J. Habibie sempat disalami Soeharto.
“Tapi, tak ada satu kata pun yang keluar dari Pak Harto. Benarkan Pak Habibie? Lihat itu, Pak Habibie mantuk-mantuk (mengangguk-angguk, Red),” canda Harmoko sambil melirik mantan Presiden B.J. Habibie yang kemarin menjadi tamu istimewa dalam peluncuran buku itu. Habibie pun tertawa lepas mendengarkan ucapan Harmoko.
Selain Habibie, yang kemarin turut hadir, antara lain, Ketua DPR Agung Laksono, mantan Mendagri Syarwan Hamid, mantan Menpora Abdul Gafur, Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, dan guru besar emeritus Unpad Padjadjaran, Bandung, Prof Sri Sumantri.
Menurut Harmoko, Soeharto merupakan pemimpin yang konsekuen dalam melaksanakan konstitusi. Termasuk juga, lanjut dia, sangat memperhatikan saran dan pendapat dari pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi-Fraksi pada waktu itu.
“Jadi, sopan santun politik itu dipegang betul. Nah, yang lain, biar lebih lengkap, silakan baca sendiri. Ini kan promosi,” ujarnya, lantas tersenyum.
Harmoko juga mengajak pelaku sejarah lain untuk menuliskan pengalamannya menjelang lengsernya Soeharto.
Ajakan itu juga ditujukan kepada Habibie. Meskipun Habibie, tegas Harmoko, telah menerbitkan buku berjudul detik-detik yang menentukan, masih ada setumpuk catatan lain yang belum dipublikasikan.