Tanam Sistim Legowo Produktifitas Petani Meningkat

Kupang, Lentira
Petani akhir-akhir ini semestinya berlega karna dengan adanya kerjasama antara para petani yang ada di kabupaten kupang dengan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat dan Primatani maka pada Tahun ini, produktifitas petani meningkat dengan menggunakan sistim tanam legowo (sistim jarak).
Kepala BPTP Naibonat, Ir. Yacob Nulik, mengatakan hal tersebut pada saat panen perdana padi sistim legowo, di BPTP Naibonat belum lama ini. Dia menjelaskan, kesadaran para petani untuk menggunakan sistim ini masih sangat rendah, karna petani lebih cendrung menggunakan pola tanam yang lama, dimana anakan padi saat ditanam tidak beraturan, serta terkesan anakan padi dihambur-hambur sedangkan cara tanam menggunakan sistim ini (legowo red) belum merasakan hasilnya.
Dikatakan, untuk panen perdana saat ini, dimana pada awal tanam menggunakan sistim legowo. Hasil yang diperoleh dalam satu hektar mencapai 8,8 ton padahal sebelum sistim ini diterapkan biasanya para petani hanya memperoleh hasil 3 ton perhektar. Karena itu diharapkan para petani dapat menjalin kerjasama dengan BPTP sebagai lembaga peneliti untuk dapat menerapkan sistim ini kepada para petani yang ada di Kabupaten Kupang dan NTT seluruhnya.
“Saya harapkan agar para petani yang ada saat ini, dapat menjalin kerjasama dengan kami (BPTP-red), karena dengan sistim tanam legowo, hasil tanam petani semakin meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan suatu saat NTT tidak perlu mendatangkan beras dari luar daerah,” ujarnya.
Acara panen perdana itu dihadiori Camat Kupang Timur, Samuel D. Pakereng, Badan Litbang Pertanian Deptan RI. Ir. Riddwan Taher, Bimas Tanaman Pangan NTT Migdon Balukh, dan para petani yang menjadi mitra BPTP Naibonat.
Sementara salah seorang staf peneliti dari BPTP Naibonat, Ir. Toni Basuki, kepada para petani yang hadir mengataka, NTT memang daerah kering tetapi jangan berkecil hati dan harus optimis bahwa daerah ini memiliki potensi. Karena sudah melalui pengkajian dari pihak BPTP ternyata NTT memiliki potensi padi 5 ton per hektare. Karnea dengan menggunakan sistim tanam legowo maka kedepan NTT bukan lagi merupakan daerah yang tidak berpotensi. BPTP sebagai perpanjangan tangan dari dinas pertanian kedepan akan meggunakan jasa para petani yang dianggap maju serta berhasil menggunakan sistim ini agar dapat memberikan informasi kepada petani yang belum mengetahui sistim legowo ini.
“Memang rencana kita dari BPTP akan merekrut para petani yang berhasil, yang nantinya mereka akan kita gunakan jasa mereka untuk mendamingi petani yang lain yang belum mengenal cara tanam menggunakan sistim legowo ini,” ungkapnya (adi)