Prof. Herman Tiluata, MSc

Pelantikan PMIB Tidak Tepat Moment

Kupang, Lentira
Perayaan Hari ulang tahun Pattimura ke 191 yang jatuh pada tanggal 15 Mei 2008 dan pelantikan Pengurus Daerah Pemuda Indonesia Bersatu (PMIB) yang dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2008, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dinilai banyak kalangan tidak tepat dengan melihat hangatnya konstelasi politik yang sementara ini terjadi.
Tidak saja itu, pelantikan badan pengurus PMIB yang baru ini menuai kontroversi dikalangan masyarakat Maluku baik itu pelajar dan mahasiswa asal maluku, karena sama sekali tidak ada sosialisasi awal oleh Pengurus Nasional dan Daerah PMIB.
Menanggapi hal tersebut pengamat Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) yang adalah salah satu putra daerah terbaik asal Provinsi Maluku, Prof. Herman Tiluata, MSc, yang ditemui Lentira dikediamannya mengatakan, langkah yang dilakukan oleh PMIB dalam hal ini pelantikan kepengurusan di Daerah NTT tidak tepat waktu, karena situasi pembangunan yang lagi hangat saat ini adalah pesta demokrasi untuk memilih pemimpin di NTT.
Menurutnya, ada banyak konsekwensi yang bakal terjadi ketika proses pelantikan itu berlangsung, sebab acara itu menghadirkan salah satu calon pemimpin NTT sebagai wakil dari pemerintah NTT, hal ini dapat mengakibatkan persepsi masyarakat umum bahwa warga Maluku secara politis telah menentukan sikapnya pada salah satu calon gubernur dan wakil gubernur NTT.
“Kita orang maluku yang ada di NTT mestinya tau diri dong. Nasi sepiring yang ada didepan itu ada pada siapa. Kalau saja PMIB itu menghadirkan orang-orang tertentu dalam acara itu, maka secara otomatis masyarakat NTT dan khususnya orang maluku akan menilai bahwa orang maluku seluruhnya mendukung salah satu kandidat gubernur. Apalagi yang hadir untuk membawa sambutan kepala daerah itu diwakili. Saya ingin tegaskan bahwa kalau saja hal itu sudah terjadi, nantinya siapa yang akan mempertanggungjawabkan masyarakat maluku yang ada di NTT kita calon yang kita dukung dalam proses pilkada tidak terpilih. Apa jadinya orang maluku di daerah ini?,” tegas Herman kepada Lentira.
Herman menjelaskan, seharusnya panitia pelaksana harus dapat memilah antara HUT Pattimura dan Pelantikan PMIB, karena momentum HUT Pattimura yang dilakukan masih berada dilingkungan pemerintah daerah Kota Kupang.
Namun ketika digabungkan dengan pelantikan PMIB, maka secara otomatis pemerintah provinsi, kota dan kabupaten turut memeriahkan dua kegiatan besar tersebut secara bersamaan dengan seluruh orang Maluku yang ada.
“Maksud saya, lebih baik HUT pattimura berjalan aja sesuai dengan hari ulang tahunnya tanggal 15 Mei. Sedangkan pelantikan PMIB, diulur waktunya hingga selesai pemilihan kepala daerah. Ini dimaksudkan agar tidak ada wacana miring tentang orang Maluku dalam mendukung salah satu kandidat gubernur dan wakil gebernur,” katanya.
Herman menambahkan, dirinya secara pribadi tidak mendapat informasi resmi adanya PMIB di NTT dan HUT Pattimura tersebut. “kami hanya mendengar lewat radio bahwa ada kegiatan HUT Pattimura dan Pelantikan PMIB, namun tidak ada informasi lisan yang menerangkan keberadaan PMIB itu. Ya kita ini orang tua yang sudah lama di negeri orang, setidaknya, ada yang bisa menyampaikan hal itu, dan seperti apa rancangan yang bisa kita lakukan mendatang untuk NTT. Sebagai orang tua, saya hanya menitipkan aja kepada seluruh masyarakat NTT asal maluku agar dalam pilkada mendatang, pililah calon pemimpin kita sesuai hati. Bukan karena keterpaksaan dan kontrak-kontrak politik lain,” tambah Herman, mengakhiri perbincangan dengan media ini. (vq)