Melki Pandie : Panitia LLA Curang Dalam Penilaian

Kupang, Lentira
Pada tanggal 10/05 lalu Pemuda GMIT Rayon 1 mengadakan Lomba Lintas Alam (LLA) untuk Pemuda yang dilaksanakan di area pelayanan Rayon 1 Koordinator Pelayanan Wilayah Kecamatan (KPWK) Kupang Tengah. Kegiatan LLA ini dibuka dengan resmi oleh Bupati Kupang I. A Medah yang bertempat di Jemaat Kalvari Oebello.
Dalam perjalananannya lomba ini menuai protes dari beberapa peserta LLA yang tidak puas dengan penilaian terbuka yang diterapkan panitia lomba. Dari informasi yang dihimpun Lentira melalui Melki Pandie selaku Official Team Jemaat Emaus Oebello, yang merasa dicurangi dalam penilaian akhir pada Minggu 11/05 lalu mengatakan, bahwa penilaian yang diterapkan oleh panitia adalah pemberlakuan kartu nilai yang ditandatangai oleh panitia LLA dan Ketua Regu atau Tim LLA namun saat pengumuman hasil lomba, penilaian tidak lagi berdasar pada kartu nilai lomba.
”Saya kecewa dengan sikap dan keputusan panitia yang berubah hanya dalam tempo waktu beberapa jam sebelum pembacaan hasil, bahkan tidak sesuai dengan kriteria nilai yang ada dalam kesepakatan technical meeting,” ujar Melki.
Menurut Melki, bahwa dari kartu nilai yang dibagikan panitia dengan tanda tangan panitia dari masing-masing pos rute LLA, sebenarnya tim dari Jemaat Emaus berhak menyabet juara 1 dengan jumlah point 7.450, akan tetapi panitia menetapkan Jemaat Bethesda Tarus Tengah keluar menjadi juara I dengan mengumpulkan nilai 6.950.
”Kami merasa heran dengan keputusan yang diambil oleh panitia, kami merasa adanya ketidakadilan dan penilaian yang tidak pantas oleh panitia penyelenggara,” ungkap Melki
Sementara itu, penanggungjawab LLA Rayon 1 KPWK Kupang Tengah Pdt. Biaf yang dimintai keterangannya terkait masalah ini mengatakan, bahwa masalah ini telah diselesaikan secara kekeluagaan.
Dari informasi yang diperoleh media ini melalui beberapa peserta LLA Rayon 1 KPWK Kupang Tengah, persoalan ini bermula saat lima (5) regu mendapat bantua oleh panitia lomba dari rute karena hari telah malam, sehingga regu-regu tersebut mendapat tumpangan dari panitia.
Awalnya peserta menolak karena takut nilainya akan dipotong, tetapi setelah ada jaminan dari panitia bahwa nilai tim tidak akan dipotong, peserta akhirnya menyetujui untuk dibantu oleh panitia.
Namun kenyataan yang terjadi setelah kesepakatan kecil itu, panitia meng-cut nilai ke lima peserta pada saat pengumuman bahkan saat pembacaan pengumuman pemenang lomba, panitia LLA enggan membaca jumlah nilai yang diperoleh para pemenang lomba.
Masih berkaitan dengan hal ini, salah seorang panitia pelaksana Welem Balle yang dikonfirmasi masalah ini oleh Lentira tidak berkomentar banyak bahkan dinilai masalah ini sudah diselesaikan dengan Pemuda Jemaat Emaus. (Isak--Ardy)