Mengapa Harga BBM Naik ??

Bagian 2

YOLANDA MILLA
Wartawan Lentira

Sadar atau tidak sadar kekeliruan datang karena kita sendiri yang mengartikannya,
Mengelak dan telak tak pernah luput dari mereka yang ingin maju tanpa resiko.
Dua penggalan kalimat di atas menuntun saya menuliskan kembali lanjutan tulisan saya edisi sebelumnya setelah “lumayan” dihujani secuil sms-sms iseng yang mengatakan, “sok tau lu..” dari mereka yang merasa ter”gesek” dengan kata-kata saya.
Tak perlu merenung dan mengerutkan dahi untuk membaca lembaran tulisan saya kali ini karena anda masih bisa tersenyum manis manakala anda melihat wajah dalam lembaran uang lima ratus yang masih awet itu..hehehe
Demontrasi terbuka kenaikan harga Bahan Bakar Minyak merebak hampir di se-antero NTT, dan anda tau siapa saja yang demo kala itu?? Yah jujur saja 90% mereka pengusaha mobil yang tidak mau susah “lunasin kredit”, “cari makan”, dan para sopir yang pingin agar “10%” tetap aman, dan para kondektur yang “setia gantung di mobil sampe tua”, namun pernahkan anda lihat ada anggota “Dewanda proENTETE dan lajur-lajur Dewanda II hibrida di petakan TAMBANG EMAS, LIO WARNI, SANDELOD, WANGI CENDAWAN, dan lain sebanternya yang berdemo merasakan pahitnya getir kehidupan ini...!!! No!!Not!! Jangan lue pade harep mereka mau demo, yah itulah dewanda-dewanda, mereka banyak menabur Polaries waktu tanaman lagi layu dimusim kampanye, namun mereka lupa bahwa karena terlalu banyak polaries maka hama antibodi “benci” masuk dan meracuni hasil tanaman.
Saya jadi ingat, waktu krisis begini, dimana yah Bang Pres dan Om Guber??? Oh yah, kalo om Guber sakit, dan sekarang mandatnya dijalanin oleh si ahli lingkungan karena rajin di SLM, iparnya Guber, Om Wagur. Om Wagur datang dengan moncong kelabu nawarin produk berantas hama, tanaman bangunan kiri kanan tanpa peduli kalo KATONG ADA SUSAH.., tugas dan uang hibah untuk subsidi dari Sepupu Pertimini dipake Wagur jalan-jalan untuk rencana atasi hama, dipake pangkor, panja, panlak, pangkat nutupiu utang yang melilit, namun mereka lupa untuk apa keterpanggilan mereka. Apalagi dalam suasana menjelang pergantian pimpinan di petakan ini ada Ibang Redah yang lagi berusaha beli petak disebelahnya dengan janji yang lebih menggiurkan, lihat saja petak yang dului saya kelola lebih baik khan, makanya kerja saja untuk saya, ntar kalian juga buruh-buruh yang untung?? “BURUH-BURUH??jadi kalo Ibang jadi dapat petakan kita ini nantinya : pangkor, panja, panlak, pimpro, pangkat, panjar duluan yang dapat jatah?? Kemana dong kita-kita ini....kan gue sudah bilang “emanknya lue gue pikirin??? Cape deh!!
Terkesima aku melihat kampung ini, sekilas pandangan nampak biasa, namun kadang kita jujur harus menangis, semua ingin punya petakan, semua ingin tanam, tapi mereka tidak tau ke arah mana tanaman ini nanti ditujukan, bukankan kita tanam agar orang lain dapat menikmatinya juga?
Kembali ke... Last Up!!BBM.., Dengan naiknya harga BBM di kampung Indonasa karena Pertemini yang seksi diwajibkan menghidupi perjalanan tugas buruh maupun tuan tanah, membeli benih yang baru, menanam tanaman multifungsi, mengatur pergiliran tugas setiap 2 kali periode masa jabatan, hingga menentukan harga jual pun bisa di atur oleh Pertemini yang diayomi oleh berbagai pihak. Apa yang dapat dijawab jika mereka-mereka ini bertanya kenapa BBM naik, apa sih alasannya? Tenang, tenang..sambut beberapa orang yang merupakan sahabat baik bang “Pres” nanti kalo di tanya bahwa harga BBM naik di luar negeri, jadi kita juga harus naik?? Lucu? Tidak, katanya kalian ini punya tambang minyak sendiri khan?
Hahahaha.. pertemini tersenyum, lu tau..katong gabung di organisasi CEPO sebagai kampung eksportir tapi katong nih impor lebih banyak jadi lucu...gabung dengan orang kaya padahal miskin...hehehe, jadi Pertemini selama ini...yah GENGSI GEDE-GEDEAN. Sekarang baru saya sadar, semuanya nanti katong yang tanggung, berarti kalo uang jalan-jalan habis maka BBM pasti naik lagi, ya pasti naik lagi, siapapun yang kelas kuasai tanah ini. Loe miskin, gue kaya, lu miskin emanknya gue pikiran.. !!gumamnya om Kallas di akhir pembicaraan.
(Sekian)