Sudah tahukah anda, mengapa Harga BBM Naik ??

Yollanda Milla
Wartawan Lentira


Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama bensin, solar, dan minyak tanah mengalami kenaikan harga rata-rata 15% dari harga semula. Demonstrasi terjadi dimana-mana, ada yang paham benar mengapa mereka harus berdemontrasi setelah mengenal betul kondisi bangsa ini, ada yang demo karena bingung tidak tau kenapa harga BBM naik dengan jelas, ada yang diam karena tidak tahu apa yang harus di demokan, ada pula yang diam karena merasa berada dalam titik aman ekonomi, ada yang pasrah karena merasa ini hanya buang-buang waktu, ada yang tidak bisa tidur karena tau betul apa jadinya negara kita ini 30 tahun mendatang, dan berbagai keluh kesah lainya yang nampak dalam perasaan dan perbuatan masyarakat dan kita belakangan ini. Namun kita juga harus memplotkan bahwa ada juga yang “tersenyum” kegeringan, tersenyum kebanggaan atas naiknya harga BBM di Indonesia.
Kalau mau dijumlahkan berapa jumlah orang demonstrasi untuk menentang kenaikan harga BBM di seluruh NTT saja maka ada kurang lebih puluhan ribu orang bergantung pada apa yang namanya BBM itu.
Saya sendiri, sedikit mengetahui kenapa BBM harus dinaikkan harganya, namun saya hanya bisa memprotes kenaikan tersebut secara tulisan karena itulah pekerjaan yang sekarang saya geluti, saya tidak teriak hura-hura di atas mikrolet karena demo kenaikan harga BBM, tidak memblokade jalan raya, tidak nuntut DPRD atau Pemerintah turun tahta, dan tidak juga cepat-cepat mendaftarakan diri sebagai penerima BLT sebagai ganti kenaikan harga subsidi BBM, karena saya rajin bekerja dan belajar.
Harga BBM Naik!! Itu harga mati, ?? Kenapa, why pernahkan kita bertanya kepada mereka yang berdemo mengapa anda demo? Karena susah? Susah apanya? Bukankah kenaikan harga BBM berarti akan terjadi kenaikan segala lini perekonomian masyarakat dalam tingka tjual-beli? Berarti seimbang juga khan? Kenapa demo? Bukankah pemangkasan subsidi BBM membuat tunjangan pendidikan, kesehatan, semakin meningkat dan BLT kembali yang “miskin” terima? Mengapa demo?? Saya sempat menghampiri beberapa rekan mahasiswa yang sedang demonstrasi kala itu, saya tanya kenapa demo? Kenapa anda ada dalam barisan pendemo? Mereka justru bingung dengan pertanyaan saya lagi...
Logika kenaikan harga BBM adalah cerita suatu petani di kebunnya yang bercita-cita menjadi kaya dan terkenal karena budidaya yang ia lakukan, yang akan saya uraikan diberikut ini :
Petani “Pres” bersama saudara-saudaranya “DewanPus dan Dewanda” adalah pemilik lahan “Indolaya yang terdiri atas petak-petak usaha salah satunya “petak proENTETE” yang membudidayakan beberapa jenis tanaman pembangunan misalnya “bentuk gedung jagung”, “semangka rehabilitasi”, “padi tata kota”, hingga “tomat investasi masa depan” dipelihara oleh mereka semua.
Petani ini dan saudara-saudaranya mempunyai beberapa tenaga kerja ulung yaitu “Pakar Eknomi, Pakar Politik, Pakar Investasi, Pakar Sosial Kemasyarakatan hingga pakar-pakaran juga disiapkan sebagai mandor di lahan tersebut, sedangkan mereka mensub tugas-tugas ringan di bawah melalui buruh “panja, Pangkor, Pimpro, Pangkat, Panlak, Kaukus dan pan-pan yang lain termasuk panjar duluan githu deh..,
Suatu hari petani ini melalui pelimpahan wewenang kepada tangan kanannya di tiap petak dan saudara-saudaranya menghendaki agar kualitas tanaman-tanaman mereka perlu ditingkatkan namun sayang pupuk “uang” terabatas, dan hasil tanaman dari tahun sebelumnya pun”minus” sehingga mau tidak mau kita harus meminjam uang dari Adi berDaya, sahabat kaya kita itu malalui lembaga-lembaga kecil yang Adi berDaya kuasai. Uang melimpah datang, wuuuz kita kaya. Uenak tenan..,, banyak yang lupa kalau uang itu seharusnya kita pakai untuk tanaman kita secara tepat dan benar, kita juga bisa bayar lagi gaji bagian “tulis-tulis di kantor kebun”, bisa bayar jalan-jalan antar petak dan pematang, dan yang penting kita bisa pake beli mobil keluaran terbaru peredam getaran kala masuk keluar jaslan berlubang karena tidak mungkin punggung kita mau sakit kalau masuk ke tanah-tanah kering di dalam petakan.
Bang “Pres, Guber (sepupunya Pres di lahan Otdah), dengan hati gamblang memberikan kepercayaan penuh kepada buruh-buruhnya untuk melaksanakan budidaya tanaman-tanaman dengan pesan moral “jangan korupsi pupuk yah, karena kasian nanti hasil tanaman tidak melimpah, banyak orang kekurangan”, namun itulah mental buruh, dalam benak mereka hanya ada anggapan “loe kaya,, kenapa gue miskin, loe susah emanknya gue pikirin??” inilah yang terjadi, buruh-buruh itu tilep pupuk. Pupuk-pupuk diganti yang kualitas nomor 2 dengan cara hitung RAB ulang, dan segala cara lain, apa yang terjadi? Tanaman tidak berhasil optimum, wisatawan tidak mau datang lihat hasil kebun, tanaman dijual tetapi kurang minat pembeli, utang di sahabat terkaya pun harus kita lakoni lagi, yah kalau mau hidup pikir “Pres dan Guber”.
Untuk menghemat pengeluaran, maka salah satu cara yaitu naikkan harga hasil tanaman yang sudah ada, jangan kasih tunjangan buruh, dan jenset tidak usah dinyalakan tepat waktu biar mati lampu agar minyak tanah di kios dibeli, dan kebetulan karena hak distribusi minyak di kampung “Indonasa” dikuasai oleh Pertemini salah satu keponakan Pres dan Guber yang seksi dan cantik, maka diusulkan bagaimana kalau harga BBM naik saja, toh nanti juga mereka beli karena tidak mungkin “mereka” bisa beli di luar negeri, nah karena minyak naik harga, Guber usulkan bagaimana kalau nanti orang-orang berdemo? Yah, kita berikan saja 10% keuntungan bersih dari uang Pertemini bagi mereka, toh nanti juga di pakai beli minyak khan...Iya,iya.. saya mengerti, ternyata tidak sia-sia Kak Pres menyelesaikan studi pertanian di Jawa.
Bersambung